Skip to main content

Refleksi Isra’Mi’raj ; Momen Healing bagi seorang Hamba

 

Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Qs Al Isra; 1)

Peristwa Isra’ Mi’raj merupakan salah satu peristiwa yg agung dalam serangkaian perjalanan dakwah Rasulullah. Terjadi setahun sebelum Nabi Muhammad Hijrah dari Makkah ke Madinah. Peristiwa ini menjadi momen healing bagi Rasulullah saat beliau mengalami ‘Ámmul Huzni atau tahun kesedihan, dimana beliau ditinggalkan oleh pamannya yaitu Abu Thalib serta istri tercinta yg selalu mendukung perjuangan dakwahnya Siti Khadijah. Belum lagi peristiwa pemboikotan social dan ekonomi sahabat rasul yg mengikuti jalan hidupnya sebagai umat Islam di tahun pertama oleh kaum kafir Quraisy. Kondisi ini merupakan kondisi yg sangat berat yg dialami oleh Rasul dan para pengikutnya. Kondisi yg penuh dengan kesedihan, keterpurukan, kekurangan dan penderitaan. Allah hibur Rasulullah dg sebuah perjalanan yg agung yaitu Isra’ Mi’raj.

Isra’Mi’raj merupakan dua kata yg memiliki makna berbeda. Isra’diartikan sebagai perjalanan jauh di waktu malam dan selamat kmebali ke tempat semula, sedangkan menurut istilah Isra’berarti perjalanan Rasulullah di waktu malam dari Masjidil Haram (Makkah) ke Masjidil Aqsha (Palestina). Sedangkan Mi’raj berarti tangga untuk dinaiki sedangkan menurut istilah Mi’raj merupakan perjalanan Rasulullah dari Masjidil Aqsha (Palestina) ke langit ke tujuh Arasy (Abduh, 1994). Dari perjalanan tersebut Rasulullah mendapatkan perintah untuk sholat.

Jika melihat konteks peristiwa Isra’Mi’raj tersebut, maka bisa diartikan bahwa Isra’Merupakan perjalanan Rasulullah di bumi dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha secara horizontal, sedangkan Mi’raj merupakan diangkatnya Rasulullah dari Masjidil Aqsha menuju langit ke tujuh dan mendapatkan perintah solat. Perintah ini jelas sangat istimewa, karena langsung diberikan oleh Allah di langit ke tujuh. Maka, peristiwa ini juga bisa kita maknai sebagai healingnya seorang hamba.

Sholatlah jika merasa terpuruk, sedih, merasa sempit dan mengalami kehidupan yg buruk. Sholat merupakan wujud kasih sayang Allah langsung kepada hamba-Nya agar terbebas dari kesempitan. Bertemulah dg Allah untuk melepas penat, adukan segala cerita kehidupan pada-Nya. Saat hidup tak berbentuk bertemulah dengan-Nya. Dalam solat ada ketenangan hati dan pikiran. Dalam sholat terkandung makna yg dalam, dari takbiratul ikhram dimaknai dg mengagungkan Allah, bahwa tidak ada yg lebih besar termasuk kesulitan hidup kecuali Allah. Ditutup dg salam agar seorang hamba selalu menebarkan nilai-nilai positif dg sesama dalam kehidupan.

Peristiwa Isra’Mi’raj ini jika dimaknai, seharusnya menjadi momentum bagi seorang hamba untuk merefleksikan diri, bahwa dalam menjalani sulitnya hidup sejatinya kembali kepada Allah lah jalan satu-satunya agar terbebas dari hal tersebut. Masyarakat modern saat ini sudah menjauh dari Allah, padahal Allah lah sumber ketenangan hidup mereka. Sholat kuncinya, menjadi energy yg bisa membuat seorang hamba bangkit dari semua permasalahan serta menjadi penguat dalam menjalankan kehidupan seorang hamba, jika ia bisa dimaknai dg benar justru bisa menjadi healing akibat menjalankan penat dalam kehidupan.

Sehingga peristiwa Isra’Mi’raj bukan hanya dimaknai sebagai peristiwa sejarah yg berulang setiap tahunnya, melainkan menjadi momen kembalinya seorang hamba kepada Allah melalui ibadah sholat dalam arti yg luas. Beribadah secara vertical dan horizontal sebagai bentuk healing seorang hamba. Seorang hamba tidak bersikap statis hanya mementingkan unsur keakuan dalam diri demi kepuasaan dan kesehatan diri, tetapi dia harus berdampak secara nyata dalam kehidupan social sebagai wujud dari ibadahnya. Itulah kebahagiaan dan kesehatan mental sejati bagi seorang hamba kepada Rab-Nya.

 

 

Comments

Popular posts from this blog

PEREMPUAN PEMILIK DUA DUNIA

  Islam sangat memuliakan perempuan. Meski begitu bukan berarti seorang perempuan harus mengubur dalam-dalam semua mimpinya. Ketika seorang perempuan terus berusaha belajar dan berjuang mengejar mimpinya, itu bisa menjadi teladan yg baik untuk anak-anaknya. Tetapi, ini yg mungkin sering muncul, bagaimana bisa mengejar mimpi tanpa abai terhadap amanah menjadi seorang ibu? Bukan tentang memilih karir atau keluarga, bukan tentang mempertentangkan antara dunia akhirat, tetapi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara impian dan amanah dari Allah swt. Islam mengajarkan perempuan dan laki-laki punya hak yg sama untuk bercita-cita dan berkarya, selama tidak melanggar syariat. Belajar, bekerja merupakan bentuk ikhtiar mencari ridho Allah, bukan ambisi, selama diniatkan karena Allah. Ibu yg memperjuangankan cita-citanya bukan sedang mengangkat harkat diri semata tetapi juga memberikan contoh kepada anak-anaknya bahwa semangat meraih cita kemudian dikontribusikan untuk umat merupakan i...

Segelas Kopi dan Segenggam Doa (Menjaga peran sebagai istri, ibu, dan hamba Allah)

  Bismillahirrahmanirrahim Setelah lulus kuliah kemudian bekerja, rasanya senang sekali, karena cita-cita yg diimpikan selama ini tercapai. Tetapi saat menikah dan memiliki anak rasanya seperti berada dipersimpangan antara melanjutkan mimpi atau menjalankan kewajiban baru, satu sisi ada rasa ingin berkarya dan berkembang, tetapi disisi lain ada anak yg menatap setiap pagi, ada suami yg menunggu istri pulang dg rasa cemas, ya begitulah takdir seorang perempuan. Tulisan ini lahir sebagai bentuk pengungkapan rasa, sebuah refeleksi sekaligus pengobat jiwa. Saya meyakini bahwa menjad ibu bekerja bukan tentang pencapaian diri, bukan tentang gaji, bukan tentang kesibukan yg padat. Ibu bekerja merupakan salah satu perjalanan manusia mencari keberkahan, bukan tentang kesuksesan mencapai karier terbaik, karier cemerlang tetapi dalam Islam segala apa yg kita lakukan merupakan ibadah selama tidak melanggar syariát. Namun, nyatanya ini tidak mudah, ada peluh yg dirasa, ada dilema yg menyapa, ...
Arti Sebuah Pernikahan Sabtu, 15 Juni 2019 akad telah terucap di depan orang tua dan semua keluarga. Kini hidupku berubah, beralih status menjadi seorang istri. Hidup berumah tangga tidaklah semudah yang difikirkan, tidak cukup hanya cinta, tapi perlu kesiapan mental, fisik, serta kedewasaan dalam bersikap. Karena jelas menikah bukan hal yang main-main. bukan hanya “pengesahan” sebuah hubungan, bukan sekedar kehidupan bersama orang yang kalian cintai, bukan hanya “aku suka dan kamu suka ayo kita menikah” .. Salah satu arti menikah bagi saya pribadi adalah kesiapan menerima sebuah amanah besar. Ya besar, amanah menjadi ma’mun atas imam yang diterima, amanah untuk menjadi orang tua yang berusaha memenuhi segala hak anak-anaknya kelak, di tengah drama rumah tangga yang ada.. Singgle lilllah, selama menunggu sidia yang tak kunjung datang, baiknya kita belajar untuk memenuhi hak anak-anak kita kelak, yaitu anak berhak memiliki orang tua yang sholeh dan sholehah dan ini d...