Skip to main content
Arti Sebuah Pernikahan






Sabtu, 15 Juni 2019 akad telah terucap di depan orang tua dan semua keluarga. Kini hidupku berubah, beralih status menjadi seorang istri. Hidup berumah tangga tidaklah semudah yang difikirkan, tidak cukup hanya cinta, tapi perlu kesiapan mental, fisik, serta kedewasaan dalam bersikap. Karena jelas menikah bukan hal yang main-main. bukan hanya “pengesahan” sebuah hubungan, bukan sekedar kehidupan bersama orang yang kalian cintai, bukan hanya “aku suka dan kamu suka ayo kita menikah” ..
Salah satu arti menikah bagi saya pribadi adalah kesiapan menerima sebuah amanah besar. Ya besar, amanah menjadi ma’mun atas imam yang diterima, amanah untuk menjadi orang tua yang berusaha memenuhi segala hak anak-anaknya kelak, di tengah drama rumah tangga yang ada..
Singgle lilllah, selama menunggu sidia yang tak kunjung datang, baiknya kita belajar untuk memenuhi hak anak-anak kita kelak, yaitu anak berhak memiliki orang tua yang sholeh dan sholehah dan ini dipersiapkan bukan hanya saat kita menikah saja, tetapi saat kita masih sendiri.
Dalam buku prophetic parenting yang ditulis oleh M. Nur Abdu Hafidz Suwaid (2009, hlm. 57) ternyata para ikhwan disarankan memilih istri yang baik, karena itu merupakan hak anak atas bapaknya. Kalau kita para akhwat tidak berusaha menjadi akhwat sholehah, berarti kita bukan termasuk dalam pilihan para jomblowan yg sholih..
Singgle lillah,, siap atau tidak kenyataannya menikah adalah kita sedang membangun sebuah rumah tangga. Rumah tangga diibaratkan sebagai benteng dari bangunan sebuah aqidah Islam, maka seluruh anggota keluarga terutama orang tua harus kuat luar dan dalamnya. Setiap anggota keluarga harus berdiri dan bertanggung jawab penuh dalam plotnya masing-masing agar tidak mudah runtuh oleh gangguan musuh yang berusaha masuk dan merobohkan benteng aqidah Islam tersebut. Oleh karenanya seorang pemimpin (suami) muslim memiliki kewajiban menjaga benteng tersebut dengan bantuan seorang istri sholehah. Suami tidak mungkin bisa menjaganya sendiri, ia memerlukan seorang istri yang tangguh baik secara aqidah, ilmu, serta fisik untuk bisa membantu sang suami menjaga benteng tersebut. Para akhwat sholehah inilah yang menjadi penjaga begi generasi dan merupakan benih sekaligus buah bagi masyarakat muslim masa depan.
Singgle lillah, mari sama-sama sedikit-demi sedikit merubah sikap hidup kita seperti orang sholehah. Ini merupakan proses pembelajaran berat dan tugas sepanjang hayat. Karena akhwat sholehah lah syarat bagi terbentuknya rumah tangga Islami dan dari sanalah benih-benih untuk membentuk masyarakat Islam diperoleh. Mengapa..?? Karena wanita seperti inilah yang akan selalu membawa kesejukan dalam hati, dapat dipercaya bagi diri, suaminya dan pendidikan bagi anak-anaknya. Hanya akhwat shalehah yang akan menyuapi anak-anaknya dengan makanan keimanan, menyusui mereka dengan susu keislaman dan ketaqwaan, membisikkan di telinga mereka dengan zikir kepada Allah swt dan shalawat kepada Nabi saw, serta menanamkan kepada mereka kecintaan kepada Islam sampai mereka mati.
Semoga Allah memberikan kekuatan dan kesabaran kepada kita untuk belajar mendidik diri menjadi calon istri yang baik untuk suami dan ibu yang baik bagi anak-anak kita kelak.. aamiin

Wallahu’alam bi shawab

Comments

Popular posts from this blog

PEREMPUAN PEMILIK DUA DUNIA

  Islam sangat memuliakan perempuan. Meski begitu bukan berarti seorang perempuan harus mengubur dalam-dalam semua mimpinya. Ketika seorang perempuan terus berusaha belajar dan berjuang mengejar mimpinya, itu bisa menjadi teladan yg baik untuk anak-anaknya. Tetapi, ini yg mungkin sering muncul, bagaimana bisa mengejar mimpi tanpa abai terhadap amanah menjadi seorang ibu? Bukan tentang memilih karir atau keluarga, bukan tentang mempertentangkan antara dunia akhirat, tetapi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara impian dan amanah dari Allah swt. Islam mengajarkan perempuan dan laki-laki punya hak yg sama untuk bercita-cita dan berkarya, selama tidak melanggar syariat. Belajar, bekerja merupakan bentuk ikhtiar mencari ridho Allah, bukan ambisi, selama diniatkan karena Allah. Ibu yg memperjuangankan cita-citanya bukan sedang mengangkat harkat diri semata tetapi juga memberikan contoh kepada anak-anaknya bahwa semangat meraih cita kemudian dikontribusikan untuk umat merupakan i...

Segelas Kopi dan Segenggam Doa (Menjaga peran sebagai istri, ibu, dan hamba Allah)

  Bismillahirrahmanirrahim Setelah lulus kuliah kemudian bekerja, rasanya senang sekali, karena cita-cita yg diimpikan selama ini tercapai. Tetapi saat menikah dan memiliki anak rasanya seperti berada dipersimpangan antara melanjutkan mimpi atau menjalankan kewajiban baru, satu sisi ada rasa ingin berkarya dan berkembang, tetapi disisi lain ada anak yg menatap setiap pagi, ada suami yg menunggu istri pulang dg rasa cemas, ya begitulah takdir seorang perempuan. Tulisan ini lahir sebagai bentuk pengungkapan rasa, sebuah refeleksi sekaligus pengobat jiwa. Saya meyakini bahwa menjad ibu bekerja bukan tentang pencapaian diri, bukan tentang gaji, bukan tentang kesibukan yg padat. Ibu bekerja merupakan salah satu perjalanan manusia mencari keberkahan, bukan tentang kesuksesan mencapai karier terbaik, karier cemerlang tetapi dalam Islam segala apa yg kita lakukan merupakan ibadah selama tidak melanggar syariĆ”t. Namun, nyatanya ini tidak mudah, ada peluh yg dirasa, ada dilema yg menyapa, ...