Skip to main content

MEMAKNAI HARI RAYA IDUL FITRI

 


Gema takbir saling bersahutan memecah keheningan malam, menandakan berahirnya puasa Ramadan yg sudah dijalankan. Selama satu bulan penuh menahan berbagai hal yg dilarang oleh syariat, menahan diri, mengendalikan diri, sabar dan tekun kini hari kemenanganpun tiba, semua umat muslim menyambut gembira. Inilah Idul Fitri, symbol kemenangan bagi mereka yg telah berpuasa.

Idul Fitri merupakan hari suka cita, hari bahagia bagi seluruh umat muslim di dunia,  kebahagiaan ini tidak lain karena Allah telah memberikan ampunan dan pahala bagi mereka yg telah berhasil menjalankan puasa dg baik, disisi lain Idul Fitri menjadi momen yg mengharukan, Setelah menunggu lamanya bulan Ramadan datang kini harus berpisah, berat rasanya karena belum maksimal menjamunya. Air mata mengharu biru saat harus berpisah dengannya. Perasaan sedih yg bergemuruh sembari bertanya, apakah tahun depan akan bertemu lagi dengan Ramadan? “Ya Allah, anugerahkan lagi kepada kami bulan Ramadan, anugerahkan lagi kepada kami bulan Ramadan”doa yg dipanjatkan karena rindu yg teramat.

Memaknai Idul Fitri

Idul Fitri berasal dari “Id” berarti perayaan dan “Fitr” yg artinya kembali kepada fitrah. Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah, dalam salah satu makna yg lain “al-ibtida wal ikhtiro”yang artinya “memulai dan mencipta”maka, Idul Fitri adalah kembali kepada fitrah yaitu kembali kepada penciptaan awal, asal kejadian manusia diciptakan. Kembali kepada fitrah adalah kembali kepada tujuan Allah menciptakan manusia.

Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku (QS Adz Dzariyat:56)

Barangkali selama perjalanan kehidupan, disibukkan dg berbagai macam aktivitas, kita melupakan tujuan penghambaan, sehingga Allah menciptakan Ramadan dan Idul Fitri agar kita kembali merenungkan perihal kehidupan ini. Barangkali kita melupakan proses menjalani kehidupan, demi tercapainya apa yg kita tuju, melupakan nilai-nilai kebaikan, kearifan, moral serta akhlak. Padahal kita adalah seorang khalifah, seorang pemimpin dari apa saja yg kita pegang amanahnya. Seorang pemegang amanah yg baik, maka ia akan menjaga nilai-nilai moral dan akhlak dalam menjalankan amanahnya karena ini merupakan bagian dari fungsi penciptaan Allah kepada kita.

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS Al Baqoroh:30)

Allah faham betul karakter manusia ini adalah mahluk yg suka merusak dan menumpahkan darah, maka dalam menjalankan amanah Allah bekali dg Al-Qurán sebagai pedoman serta petunjuk menjalankan kehidupan. Menjalankan pedoman serta mengajak manusia lain untuk kembali kepada pedoman hidup manusia ini merupakan peran manusia.

Maka, momen Idul Fitri adalah momen penting untuk memaknai kembali tugas, fungsi dan peran kita hidup di dunia. Itulah perintah dari Allah, Apapun jabatan kita jangan melupakan apa yg Allah mau dalam diri kita. Kita berasal dari Allah dan pasti akan kembali kepada Allah. Kita didiptakan dalam kondisi fitrah, maka harus kembali dalam keadaan fitrah lagi diridhai Allah.

“Hai jiwa yang tenang!! Kembalilah pada Rabmu dg hati yg ridha lagi diridhai-Nya” (QS Al-Fajr: 27-28)

Hati yg ridha adalah hati yg senantiasa besih dan tidak rusak akibat kemusyrikan. Kemusyrikan akibat menghamba hidup dan kehidupan. Jangan sampai harta, jabatan, anak, suami sebagai sesuatu yg paling kita agungkan dibanding Allah. Bertaubatlah jika hati kita rusak, memperbaikinya dg Tauhid serta minta agar senantiasa Isqitomah dalam fitrah.

rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba‘da idz hadaitanâ wa hab lanâ mil ladungka raḫmah, innaka antal-wahhâb

“Ya Rab, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami dan anugerahkanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”(QS Ali Imran :8)

Comments

Popular posts from this blog

PEREMPUAN PEMILIK DUA DUNIA

  Islam sangat memuliakan perempuan. Meski begitu bukan berarti seorang perempuan harus mengubur dalam-dalam semua mimpinya. Ketika seorang perempuan terus berusaha belajar dan berjuang mengejar mimpinya, itu bisa menjadi teladan yg baik untuk anak-anaknya. Tetapi, ini yg mungkin sering muncul, bagaimana bisa mengejar mimpi tanpa abai terhadap amanah menjadi seorang ibu? Bukan tentang memilih karir atau keluarga, bukan tentang mempertentangkan antara dunia akhirat, tetapi tentang bagaimana menjaga keseimbangan antara impian dan amanah dari Allah swt. Islam mengajarkan perempuan dan laki-laki punya hak yg sama untuk bercita-cita dan berkarya, selama tidak melanggar syariat. Belajar, bekerja merupakan bentuk ikhtiar mencari ridho Allah, bukan ambisi, selama diniatkan karena Allah. Ibu yg memperjuangankan cita-citanya bukan sedang mengangkat harkat diri semata tetapi juga memberikan contoh kepada anak-anaknya bahwa semangat meraih cita kemudian dikontribusikan untuk umat merupakan i...

Segelas Kopi dan Segenggam Doa (Menjaga peran sebagai istri, ibu, dan hamba Allah)

  Bismillahirrahmanirrahim Setelah lulus kuliah kemudian bekerja, rasanya senang sekali, karena cita-cita yg diimpikan selama ini tercapai. Tetapi saat menikah dan memiliki anak rasanya seperti berada dipersimpangan antara melanjutkan mimpi atau menjalankan kewajiban baru, satu sisi ada rasa ingin berkarya dan berkembang, tetapi disisi lain ada anak yg menatap setiap pagi, ada suami yg menunggu istri pulang dg rasa cemas, ya begitulah takdir seorang perempuan. Tulisan ini lahir sebagai bentuk pengungkapan rasa, sebuah refeleksi sekaligus pengobat jiwa. Saya meyakini bahwa menjad ibu bekerja bukan tentang pencapaian diri, bukan tentang gaji, bukan tentang kesibukan yg padat. Ibu bekerja merupakan salah satu perjalanan manusia mencari keberkahan, bukan tentang kesuksesan mencapai karier terbaik, karier cemerlang tetapi dalam Islam segala apa yg kita lakukan merupakan ibadah selama tidak melanggar syariát. Namun, nyatanya ini tidak mudah, ada peluh yg dirasa, ada dilema yg menyapa, ...
Arti Sebuah Pernikahan Sabtu, 15 Juni 2019 akad telah terucap di depan orang tua dan semua keluarga. Kini hidupku berubah, beralih status menjadi seorang istri. Hidup berumah tangga tidaklah semudah yang difikirkan, tidak cukup hanya cinta, tapi perlu kesiapan mental, fisik, serta kedewasaan dalam bersikap. Karena jelas menikah bukan hal yang main-main. bukan hanya “pengesahan” sebuah hubungan, bukan sekedar kehidupan bersama orang yang kalian cintai, bukan hanya “aku suka dan kamu suka ayo kita menikah” .. Salah satu arti menikah bagi saya pribadi adalah kesiapan menerima sebuah amanah besar. Ya besar, amanah menjadi ma’mun atas imam yang diterima, amanah untuk menjadi orang tua yang berusaha memenuhi segala hak anak-anaknya kelak, di tengah drama rumah tangga yang ada.. Singgle lilllah, selama menunggu sidia yang tak kunjung datang, baiknya kita belajar untuk memenuhi hak anak-anak kita kelak, yaitu anak berhak memiliki orang tua yang sholeh dan sholehah dan ini d...